Niat Baik Manajemen BRI Yang Tak
Kesampaian
Disadari atau tidak, disengaja atau
tidak manajemen BRI menurut penulis berusaha untuk memberikan upah yang layak
menurut angka komponen kehidupan yang layak, sayangnya niat baik ini di
mentahkan begitu saja oleh vendor outsourcing
Jika ada
waktu luang, saya sering berpikir sesuatu yang sesuai dan mampu di analisa dan
di logika oleh pikiran saya, maklum dari pada bengong atau ngrasani tetangga
atau teman kerja. Saya sering berpikir kenapa manajemen BRI menentukan biaya
outsourcing untuk amKUR dengan angka Rp 1.838.051 untuk setiap bulannya
meskipun yang kita terima tidak lebih dari 1,176 juta saja, lebih dari 35% menguap karena berbagai
alasan. Angka tersebut (Rp 1.838.051) pasti bukan angka yang ngawur atau turun
dari langit begitu saja. Setelah
berminggu-minggu berpikir dan atas bantuan eyang google yang sakti mandra guna
dalam hal mencari informasi, ternyata ada peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi yang menjadi acuan penentuan kehidupan yang layak, Bahkan menurut
Kepmen 17/MEN/VIII/2005 diatur lebih lanjut tentang angka komponen kehidupan
yang layak atau yang lebih dikenal dengan angka KHL. Sangat menarik rujukan
peraturan kepmen yang diterbitkan pada era bapak Fahmi Idris ini,
peraturan ini memberikan gambaran penentuan kehidupan yang layak berdasarkan apa yang diperlukan untuk hidup yang layak
tanpa diet, maklum KHL ini mengacu kepada kebutuhan 3000 Kalori/hari. Sangat
lengkap komponennya mulai dari beras sebagai bahan pokok hingga obat anti
nyamuk yang merupakan kebutuhan tersier, Kebutuhan kesehatan sampai dengan
sandal jepit pun di tulis dalam lampiran, ada sekitar 46 item kebutuhan untuk
hidup layak mulai dari kebutuhan pokok/primer, sekunder sampai tersierpun di akomodasi
dalam lampiran kepmen ini.
Setelah
tahu komponen-kompenen KHL saya meminta bantuan istri tercinta untuk mengisi
daftar komponen tersebut, istri saya sangat paham dengan angka-angka ini karena
setiap hari berjualan sembako di pasar tradisional Wonokromo Surabaya . Mulailah saya memasukkan
angka-angka tersebut ke dalam worksheet excel, dengan patokan dengan kwalitas
barang/kebutuhan yang sedang-sedang saja atau kelas menengah, Setelah
mengutak-atik angka tersebut akhirnya muncul Rp 1.378.538,25 (Melihat angka ini
sya jadi mengerti mengapa ada angka UMP/UMR yang memakai koma alias tidak
selalu bulat). Disadari atau tidak, sengaja
maupun tidak sengaja menurut pikiran saya pihak BRI telah berusaha
memberikan 25% lebih bayak dari KHL
tersebut, sehingga ketemu angka Rp 1.838.051,-
Namun apa
daya niat baik manajemen BRI dimentahkan oleh vendor, tega-teganya vendor
mengambil 35% lebih dari hak kita dengan berbagai alasan yang menurut vendor
masuk akal, masuk akal bagi vendor namun
tidak masuk akal dibenak pikiran kita, sehingga kita sebagai amKUR hanya
menerima 1,176 juta yang menurut perhitungan diatas dibawah angka KHL
(kehidupan yang layak).
outsourcing itu sebenernya sangat merugikan kitanya masing2 soalnya potongannya itu sangat gede sekali,, kenapa harus ada outsourcing ya,,? salam kenal sukses selalu gan :)
BalasHapusIa Perusahan Seperti itu sebaiknya ditiadakan karena sangat merugikan pekerja yg sudah banting tulang tulang
BalasHapussistem pekerjaan outsourcing sgt jauh dr KHL sehingga banyak dr qt yg minim pengetahuan di akal akali
BalasHapussama halx sprti saya yg menggunakan sistem outsourcing
sgt menyiksa sekali ketika atasan berkata "hanya ada 2 pilihan" ketika qt meminta hak sbgai pekerja
salam kenal